Marah, merupakan luapan emosi. Marah juga dapat diartikan sebagai sebuah pelampiasan atas amarah, perasaan yang tengah kita rasakan. Seseorang yang marah artinya seseorang yang sedang melampiaskan perasaanya. Hanya saja terkadang atau banyak orang melampiaskan kemarahannya dengan kurang terkontrol. Kemarahan yang kurang terkontrol ini bisa sangat merugikan. Apalagi apa bila kemarahan kita itu ditunjukan kepada orang tersayang kita yaitu anak. Kemarahan yang tidak terkontrol dapat memberikan pukulan kepada anak. Akibatnya anak menjadi trauma, ketakutan dan kecewa. Tentu hal tersebut tidak kita inginkan. Namun tentu saja karena alasan marah itu semua menjadi tidak terkontrol. Lalu bagaimanakah seharusnya kita mengatasi hal tersebut. Jika anda ingin mengetahuinya, maka akan sangat baik jika anda melanjutkan untuk membaca tips atau cara yang akan saya sampaikan di tulisan ini sampau selesai.
Berikut ini merupakan cara unuk memarahi anak dengan baik:
Bentuk marah berupa kegusaran, amarah, emosi, dapat diwujudkan dengan berbagai cara dan bentuk. Sebagaian orang melakukannya dengan cara cemberut dan memilih untuk diam. Misal sedang marah dia akan memilih untuk diam dan membiarkan segala sesuatunya berjalan seperti kondisi yang tidak berubah. Sebagian orang lainnya menunjukan kemarahannya dengan cara mengeluarkan suara tinggi, berteriak dan histeris. Adapula yang marah sambil ringan tangan seperti mencubit, menampar bahkan juga ada yang ampai dengan memukul.
Tentu bukan rahasia lagi, jika banyak orang tua yang melampiaskan kemarahannya kepada anak dengan hanya sekedar membentak, namun lebih lagi banyak juga orang tua yang tidak segan untuk memukul anaknya yang telah melakukan kesalahan. Terlebih jika memang mereka tengah menghadapi masalah pada pekerjaannya atau kehidupan di luar rumah, mereka akan melampiaskan kemarahan dan kejengkelan mereka kepada anaknya. Mereka beralasan bahwa anaknya telah terlalu bandel, hingga harus dimarahi dengan cara tersebut.
Politikus Zannubah Arifah Chasof mengatakan tak haram jika merasa marah, orang tua berhak marah kepada anak untuk memberikan pembelajaran beridisiplin dan agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Tapi, kemarahan diungkapkan dengan perkataan pelan dan bijak, lalu dia mengajaknya berbicara dari hati ke hati. Kemudian dia bisa menutup dengan memberikan ciuman dan pe;ukan. Uangkap wanita yang disapa Yenni Wahid.
Sementara pakar psikolog remaja, Kak Seto, mengungkapkan bahwa sudah waktunya bagi setiap orang tua untuk meninggalkan metode marah primitif dalam mengungkapkan kekesalannya kepada putra dan putri. Beliau menyampaikan juga bahwa, meski kemarahan adalah sifat manusia, caranya jangalah sampai merugikan atau menyakitkan hati seseorang. Terlebih lagi sampai menghambat pertumbuhan dari anak.
Keduanya tokoh ahli tersebut mempunyai pendapat yang sama bahwa, meskipun manusia mempunyai sifat alamian untukmarah. Namun akan lebih baik jika seseorang mampu mengendalikan kemarahannya dan mengkontrolnya, terlebih dalam mendidik anak, keduanya sepakat untuk tidak meluapkan kemarhan yang kasar kepada anak karena akan mengakibatkan terganggunya perkembangan anak. Keduanya lebih sepakat bahwa marah dengan penuh cinta dan kasih sayang akan lebih baik.
Bunda atau bapak ibu sekalian adalah hal yang manusiawi jika seorang anak tidak suka di tekan, tidak ingin divonis dan tidak suka jika mereka mearasa disudutkan. , Oleh sebab itu jika kita mengungkapkan marah secara keras hal tersebut tidak hanay tidak efektif karena si anak tidak bisa menerimanya, lebih lagi akan membuat si anak menjadi sakit hati. Tentu kita tidak ingin hal tersebut terjadi bukan.
Lalu, bagaimana cara kita untuk memberitahu anak, jika tidak dengan marah?
Jika kita ingin mengungkapkan marah kita, lebih baik yaitu dengan mentrasfer pesan kita, ingiat, apa yang kita harapkan saat kita marah. Tentu memberikan pesan kepada anak, bahwa apa yang sia lakukan salah dan jangan mengulangi hal tersebut kembali bukan. Jadi sangat baik jika marah, disampaikan dengan menggunakan konsep pesan diri. Jangan sampai kemarahan kita yang keras merusak komunikasi, karena pada dasarnya anak tidak ingin divonis.
Pesan diri yang dimaksud disini adalah mengungkapkan perasaan atau sikap yang ditimbulkan akibat dari perbuatan si anak. Dalam hal ini, yang dilakukan oleh orang tua adalah menyampaikan kepada putra/putri bahwa apa yang dilakukan merera adalah sebuah hal yang menggagu mereka (orang tua). Dengan komunikasi yang baik, usahakan pesan yang anda sampaikan dimengerti oleh anak. Berikan kesempatan kepada mereka untuk memikirkan perbuatan yang telah mereka lakukan, biarkan mereka benarbenar memahami apa yang telah dia laukan, dan sadar bahwa hal tersebut adalah sebuah kesalahan. Jadi orang tua, tidak lagi hanya memarahi dengan kerasa, berteriakteriak, atau bahkan memukul yang mungkin malah mengkibatkan si anak tidak memahaminya.
Menurut kak seto anak ibarat sebuah kaca, mereka memantulkan apa yang mereka terima dan alami dari orang tuanya. Nah maksutnya jika anak kita sering dipertontonkan akan tindakan marah yang kasar, memukul, tentu sebagai sebuah kaca mereka aan menirunya di kehidupan dewasa kelak. Adi jangan salahkan akan jika ketika dia remaja, dia mengikuti tawuran. Dia banyak melakukan tindakan kekerasan, kriminal dan kegiatan tidak baik lainnya. Dari pada memberikan cahaya yang negatif. Bukankah lebih baik memberikan cahaya yang positif?Jika mereka sedari sejak dini menerima bahwa marah tidak identik dengan kekerasan, dia akan membawanya dalam kehidupan dewasa kelak. Dia akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu mengkontrol emosinya dengan baik. Dan menjadi pribadi yang luar biasa. Tent orang tua menginginkan hal tersebut bukan.
Oke, sekarang kita lebih memahami bagaimana cara marah yang baik. Selanjutnya akan saya saya sampaikan secara lebih sepesifik caracara yang dapat diggukan saat marah secara bijak.
1.Diam dan memandang anak dengan tatapan tajam
Sangat penting untuk mengsimbolisasikan sebuah amarah, artinya marah tidak perlu dilakukan dengan cara keras. Anda tidak perlu membanting pitu, menggebrak meja, berteriateriak untuk marah. Orang tua bisa mengatasi kesalahan dari anak dengan sikap yang lebih tenang bukan, dengan diam misalnya. Jadi ketika anda berdiam diri dan memandang tajam pada anak, maka akan membuat anak sadar bahwa prilakunya telah menyebabkan anda terganggu. Dan dia tidak akan mengulanginya lagi.
2.Ganti memberikan hukuman dengan kasar dengan hukuman yang lebih efektif.
Jika memang anda ingin memberikan hukuman kepada anak, jangan memberikan hukuman dengan kasar, kemarahan yang tidak terkontrol apa lagi memukul. Misal jika anda sering memberi hadiah kepada anak, maka hukumlah anak dengan menunda waktu hadiahnya diberikan. Aatau memangkas uang jajan anak. Atau mengurangi fasilitas yang diberikan kepada anak. Hal tersebut akan lebih bisa dipahami dibandingkan dengan memukul anak.
3.Berdiskusi
Jangan pernah memvonis anak secara langsung, meskipun kita memahami bahwa apa yang dilakukan anak memang salah. Beri kesempatan kepada anak untuk memikirkan perbuatannya. Bat mereka sendiri yang memahaminya. Hal tersebut bisa anda lakukan dengan diskusi, menanyakan atau menyampaikan jika perbuatan mereka salah, kemudian memberikan kesempatan kepada mereka untuk meberika pendapat akan membuat mereka merasa lebih dihargai dan itu baik untuk perkembangan mereka.
Memarahi anak secara keras atau primitif, sama halnya dengan membuat anak merasa kehilangaan harga dirinya sendiri. Anak akan tumbuh menjadi dewasa yang kurang baik. Karena anak ibarat kaca, dia akan meniru kemarahan yang diberikan kepadanya, kelak ketika dewasa daia akan mencoba untuk menyelesaikan setiap masalah yang dia hadapi dengan amarah, dan itu kurang baik.
Tidak semua memang, beberapa anak yang dibesarkan dengan kekerasaan akanbermaslah. Pada suatu saat perkembangannya bisa saja dia menyedari kurang baiknya kekeraan dan dia menjahuinya. Pengalaman dalam hidupnya menjadikancambuk untuk tidak berbuat kekesrasan kepada orang lain.Tetapi tentu perubahan tersebut dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya, pelajaran yang dia dapatkan dilingungannya. Maka dari itu sangat penting bagi orang tua sebagai lingkungan terdekat anak, tidak mengajarkan sesuatu dengan kekerasan.
Demikian artikel ini saya tulis, postingan ini terinspirasi oleh . . .
Kondisi saya pribadi, entah yang mana yang dimarahi terus atau yang didik dengan kekerasan. Yang jelas sekarang saya sangat beruntung dan menyampaikan beribu terimakasih kepada kedua oran tua saya yang telah mendidik saya sedemikian rupa, menjadikan say pribadi yang jauh lebih bisa mengkontrol emosi dan tidak meluapkan amarah dengan kekerasan. Say thanks ot my mom and dad, so much. Love you. J