Belajar dengan cara bermain sangat cocok untuk anak Sekolah Dasar Kelas 1
Belajar dengan cara bermain sangat cocok untuk anak Sekolah Dasar Kelas 1
![]() |
Foto ku Bersama Sara |
Cara Belajar Dengan Baik
Bagaimana cara menjadikan sebuah materi pelajaran mudah dipahami oleh anak?
Saya adalah seseorang penganut teori belajar kontruktivisme, saya memandang bahwa pengetahuan akan lebih baik dipahami oleh anak jika anak memperolehnya secara mandiri, yaitu dengan melakukan kegiatan. Sehingga dengan begitu pengetahuan yang diperoleh oleh anak dapat tersimpan pada memory jangka panjang.
Saya tidak setuju proses belajar anak dimana anak diberitahu, kemudian diminta mengingatnya, olekelah beberapa anak akan mengingatnya “SAAT ITU” Namun setelah beberapa hari apakah masih ingat materi tersebut? atau bahkan tidak lama setelah dia melakukan aktifitas lainnya anak sudah lupa dengan pengetahuan yang baru saja dia hafalkan.
Belajar Bukang Hanya Mengingat
Jum’at malam, saat tiba waktu bagi sara untuk belajar. diruang keluarga ada saya, ibu saya, sepupu Sara (5th) dan Sara. Diruang keluarga tersebut, ibu ku (panggil saja bu Mas) mengajak Sara untuk belajar. Sedangkan pada saat yang sama sepupu sara (Malika) sedang bermain gegetnya (Anak kecil sekarang masih 5th sudah bisa main gaget).
“Sara ayoo belajar” Bu Mas mengajak Sara untuk belajar
emang dasarnya si sara itu anak yang rajin, langsung aja dia belajar,
Namun . . . dalam kondisi masih menyala, dan sepupunya yaitu Malika masih bermain Geget. Tidak apa-apa sih, karena fokus Sara tidak terbelah, dia tetap fokus dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh ibu ku Bu Mas.
Saat itu, saya ingat banget, Bu Mas sedang mengajari Sara mengerjakan soal tentang bilangan loncat.
” 2, 4, …., 8 , ….., 12″
” 5, …., 11, 14, ….., 20″
Pada proses belajar tersebut saya terus mengamati apa yang terjadi, ketika Ibu ku mengajari Sara dengan cara trial and error tersebut. Ibu meminta Sara untuk membayangkan, menghitung dengan menggunakan bayangan-bayangan simbolik yang tentu membuat Sara kesulitan. Walaupun Sara bisa menjawab soal-soal tersebut, saya Takut kalau otak Sara terlalu diforsir dan akan terlalu lelah untuk seuah proses pembelajaran yang tergolong singkat tersebut.
Dan yang lebih membuatku kuatir adalah, jika Sara kemudian menganggap belajar sebagai sebuah proses yang membosankan dan tidak menyenangkan. Padahal, harusnya belajar adalah proses yang menyenangkan bagi anak.
Saya tidak menyalahkan ibuku, karena beliau tidak belajar tentang pendidikan dan proses perkembangan anak dibangku kuliah. Namun beliau sudah bisa mendidik saya sehingga menjadi sedemikian rupa (hehehe) dan yang membanggakan bahwa ibuku selalu menemani putra-putrinya untuk belajar. Hal yang tidak setiap orang tua bisa lakukan, karena kesibukannya dan meminta guru les untuk emnemani anaknya belajar,
Lanjut, kondisi yang kurang begitu mengasikkan bagi Sara, akhirnya saya meminta ijin ibu, untuk mengajak Sara bermain dan mengakhiri proses belajarnya.
Belajar dengan bermain jauh lebih menyenangkan dan bermakna
Saya membuat sebuah pola barisan, dari kertas dari nomor 1-20, kemudian saya membuat benda tiruan seperti katak.
“Sar, yuk main” ucapku
“Main apa mas?” balasnya dengan raut muka menunjukkan keinginan tahuan yang tinggi.
“Ini main katak loncat”
Kemudian saya jelaskan cara mainnya. Pada dasarnya permainan katak loncat ini mensimulasikan proses belajar pada materi “Bilangan Loncat”. Dengan media tersebut Sara melakukan bagaimana sebuah bilangan meloncat, sesuai dengan nilai loncat suatu bilangan.
Dengan media permainan tersebut, Sara jauh lebih antusias dan dasar-dasar pemahaman tentang bilangan loncat (Pengurangan dan Penjumlahan) lebih cepat meningkat, dan tenttu pemahaman atau pengetahuannya akan tersimpan jauh didalam memori jangka panjangnya.
Hal yang membuat, senyum saya dapat jauh lebih lebar yaitu saat Sara dan saya mengakhiri permainan Katak Loncat. dan saya menyampaikan bahwa belajar Sara sudah selesai tentang penjumlahan dan pengurangan atau bilangan loncat. Ketika permainan sudah selesai, dan sara kembali untuk bermain gaget bersama sepupunya Malika, Ayah saya datang.
Ketika ayah saya datang, yang terjadi adalah Sara berhenti dari bermain gagetnya dan memilih untuk mengajak Ayah saya bermain katak loncat, Wau…. Menyenangkan bukan. Kini tanpa disuruh, Sara bermain sambil belajar,
Siapa yang tidak tersenyum, satu keluarga disitupun bahagia, dan mulai memahami bahwa belajar bukan tentang anak memahami materi dari apa yang disampaikan oleh guru atau orang tua. Belajar adalah bagaimana anaka bisa memahami pengetahuan dari aktifitas yang telah dilakukannya.
Demikian Artikel yang saya tulis berdasarkan pengalaman yang saya peroleh saat belajar bersama Sara 🙂